Strategi
pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para
pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat
menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik, karena
proses pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu guna menyampaikan
materi kepada siswa sesuai tujuan, efesien, dan efektif.
Berikut
macam – macam strategi pembelajaran:
A. Strategi Ekspositori
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang
berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru
memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Dalam sistem
ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi,
sistematik, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya
saja secara tertib dan teratur.
Metode
pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode ceramah
Metode
pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Jadi ini sesuai dengan pengertian dan
maksud dari Strategi Ekspositori tersebut, dimana strategi ini merupakan
strategi ceramah atau satu arah.
b. Metode demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi guru
memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada siswanya.
c. Metode sosiodrama
Sosiodrama
pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah
sosial. Jadi dalam pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan
mendramatisasikan tingkah laku untuk memberikan contoh kepada siswa.
A. Strategi Inquiry
Strategi
Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.
Ada beberapa
hal yang menjadi utama strategi pembelajaran inquiry:
a)
Menekankan
kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya
strategi inquiry menempatkan siswa sebagai objek belajar.
b)
Jika
bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang sudah
jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
c)
Jika
proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
d)
Jika
guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki kemauan dan
kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa
yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
e)
Jika
jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh
guru.
f) Jika guru memiliki waktu yang cukup
untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa
SPI
merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual anak. Perkembangan
mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation,
physical experience, social experience, dan equilibration.
a. Metode diskusi
Metode diskusi
adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui
pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya
sangat terbuka. Disini siswa melakukan diskusi tentang suatu masalah yang
diberikan oleh guru, sehingga siswa menjadi aktif.
b. Metode pemberian
tugas
Metode
pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan
siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas
kepada siswa untuk diselesaikan oleh siswa, sehingga siswa menjadi aktif.
c. Metode eksperimen
Metode
eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan
aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Jadi metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang
siswa untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia
alami.
d. Metode tanya jawab
Metode tanya
jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang
materi pembelajaran.
C. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Sosial
Strategi
Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
a. Metode eksperimen
Siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses yang
dialaminya itu.
b. Metode tugas
atau resitasi
Metode
resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa diberi
tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
c. Metode latihan
Metode
latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Siswa diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia
miliki dan lebih mengasah kemampuan yang dimiliki tersebut.
d. Metode karya
wisata
Teknik karya
wisata adalah teknik mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa kesuatu
tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu. Siswa diajak untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat atau objek
yang dikunjungi.
D. Contextual Teaching Learning
Contextual
teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Karakteristik
pembelajaran kontekstual:
1)
Pembelajaran
dilaksanakan dalam konteks autentik
2)
Pembelajaran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful
learning).
3)
Pembelajaran
dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning
by doing).
4)
Pembelajaran
dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi antar teman (learning
in a group).
5)
Pembelajaran
memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan
saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to
know each other deeply).
6)
Pemebelajaran
dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama
(learning to ask, to inquiry, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam
situasi yang menyenangkan (learning ask an enjoy activity).
Metode
pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode
demonstrasi
Guru
memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada siswa dengan menyangkutkan
kegiatan sehari-hari, sehingga siswa lebih memahami.
b. Metode sosiodrama
Dalam
pembelajaran guru memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku
yang berhubungan dengan masalah sosial disekitar siswa untuk memberikan contoh
kepada siswa, sehingga siswa lebih paham.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Metode
pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode problem
solving
Metode
problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan
suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.
b. Metode diskusi
Disini siswa
dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi
dengan cara berdiskusi.
Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir
Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran
yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi
pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing
untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis
yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran
yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan
fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajarkan
Strategi ini menggunakan beberapa
metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode diskusi
Disini siswa
dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi
dengan cara berdiskusi.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya
jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru. Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang
materi pembelajaran.
c. Metode eksperimen
Metode ini
dalam strategi pembelajaran merangsang siswa untuk melakukan suatu aktivitas
aktif yang berdasarkan pengalaman yang ia alami.
Strategi Pembelajaran Kooperatif/
Kelompok
Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan.Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok
tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Strategi ini
menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode diskusi
Disini siswa
dituntut untuk dapat menemukan pemecahan masalah dari masalah yang dihadapi
dengan cara berdiskusi.
b. Metode karya wisata
Siswa
membentuk suatu kelompok guna untuk mendapatkan pembelajaran dari tempat
atau objek yang dikunjungi.
c. Metode eksperimen
Dengan
berkelompok siswa melakukan eksperimen atau percobaan tentang suatu hal guna
melatih kemampuan dan pemahaman mereka.
d. Metode tugas atau
resitasi
Siswa
disuruh membuat suatu kelompok belajar, kemudian mereka diberi tugas guna
menggali kemampuan, kekompakan, dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi
pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan
keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit diukur karena
menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas
tertentu, afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi,
penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan
membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah
mudah untuk dilakukan.
Strategi ini
menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode tugas
atau resitasi
Siswa diberi
tugas guna menggali kemampuan dan pemahaman siswa akan tugas yang diberikan.
b. Metode latihan
Siswa
diajarkan untuk melatih kemampuan yang dia miliki dan lebih mengasah kemampuan
yang dimiliki tersebut.
Menurut
Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus
dilakukan oleh seorang guru:
A. Strategi pembelajaran
ekspositori
I. Pengertian Strategi Pembelajaran
Ekspositori
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Dengan
menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan
kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
1. Keunggulan / Kelebihan Strategi
Ekspositori
Dengan
strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
Strategi pembelajaran
ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus
dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar
terbatas.
Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini
dilakukan melalui metode ceramah,
namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena
itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan
tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk
dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol
efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
2. Kelemahan Strategi Ekspositori
Disamping
memiliki keunggulan, strategi ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan,
antara lain:
Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
Strategi ini
tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
Karena
strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
Keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang
dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses
pembelajaran tidak mungkin berhasil.
Oleh karena
itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping
itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa
akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Dari uraian
di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak ada satu strategi pembelajaran
yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain,
baik tidaknya suatu strategi pembelajaran isa dilihat dari efektif tidaknya
strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran
Ekspositori
B. Strategi pembelajaran inquiry
I. Pengertian Strategi
Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran
inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini
sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran
inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian
karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu:
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu:
1. Keunggulan
/ Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)
Metode
pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan
karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
Strategi pembelajara
inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
Dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Strategi
pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan
belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2. Kelemahan Strategi Pembelajaran
Inkuiri (Inquiry)
Disamping
memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di
antaranya yaitu:
Jika
strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit
terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
Strategi ini
sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa
dalam beljar.
Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini
menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak
diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan membimbing siswa untuk belajar.
C. Strategi pembelajaran berbasis
masalah
I. Pengertian Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri
utama;
Pertama, strategi pembelajaran berbasis
masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam
pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran
berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkannya.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan
melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dari
penjelasan di atas dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis
masalah juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses
pembelajaran, yaitu:
1. Keunggulan
Sebagai
suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya:
Pemecahan
masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
Pemecahan
masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
Pemecahan
masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
Pemecahan
masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
Pemecahan
masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Melalui
pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
Pemecahan
masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini
guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan
oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa,
pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang
terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2. Kelemahan
Di samping
memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga
memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
D. Strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir
Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran
yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi
pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing
untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses
dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah
model
pembelajran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa
melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk
memecahkan masalah yang diajarkan.
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal
Kedua,
telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan
kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan
anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan
data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga,
sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah
kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
E. Strategi Pembelajaran kooperatif
Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran
kooperatif yaitu:
(a) adanya
peserta dalam kelompok,
(b) adanya
aturan kelompok,
(c) adanya
upaya belajar setiap kelompok, dan
(d) adanya
tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar.
Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok
tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
F. Strategi pembelajaran kontekstual /Contextual
Teaching Learning
1. Pengertian Contextual Teaching
Learning (CTL)
Contoxtual
Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat
diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran
CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni,
konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat
belajar (learning komunity), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya
(autentic assement).
2. Landasan Filosofi
Landasan
filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa
harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan
tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada
filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang
menekankan pada pengembangan siswa.
Menurut
Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran
kontekstual.
Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating learning)
Pemerolehan
pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari
secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun
1)
hipotesis
2)
melakukan
sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar
tanggapan itu
3) konsep tersebut direvisi dan
dikembangkan
Mempraktekkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
Melakukan
refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut
3. Inquiry ( menemukan )
Inquiry
adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa
untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang
pengetahuan yang sedang dipelajari.
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual
Teaching Learning CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan.
Siklus
Inqiry antara lain :
Observasi
Bertanya
Mengajukan
dugaan
Pengumpulan
data
Penyimpulan
Langkah-langkah
kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu:
a)
Merumuskan masalah.
Contoh :
bagaimanakah silsilah raja-raja bani Abbasiah
b) Mengamati
atau melakukan observasi
Contoh :
membaca buku atau sumber lain untuk mendapat informasi pendukung
c)
Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan., table, dan
lainnya.
Contoh
: siswa membuat bagan silsilah raja-raja bani Abbasiah.
d)
Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru atau
audien yang lain.
Contoh :
karya siswa didiskusikan bersama-sama
4. Perbedaan
Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
No
|
PENDEKATAN CTL
|
PENDEKATAN TRADISIONAL
|
1
|
Siswa
secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
|
Siswa
adalah penerima informasi secara pasif
|
2
|
Siswa
belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi.
|
Siswa
belajar secara individual
|
3
|
Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau yang disimulasikan
|
Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis
|
4
|
Perilaku
dibangun atas dasar kesadaran diri
|
Perilaku
dibangun atas dasar kebiasaan
|
5
|
Keterampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman
|
Keterampilan
dikembangkan atas dasar latihan
|
6
|
Hadiah
untuk perilaku baik adalah kepuasan diri
|
Hadiah
untuk perilaku baik adalah pujian (angka) rapor
|
7
|
Seseorang
tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan
|
Seseorang
tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
|
8
|
Bahasa
diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan
bahasa dalam konteks nyata
|
Bahasa
diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham
kemudian dilatihkan
|
9
|
Pemahaman
siswa dikembangkan atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa
|
Pemahaman
ada di luar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal
|
10
|
Siswa
menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat dalam mengupayakan
terjadinnya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas
terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman
masing-masing dalam proses pembelajaran
|
Siswa
secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca, mendengarkan,
mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses
pembelajaran
|
11
|
Pengetahuan
yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia
diciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami
pengalamannya
|
Pengetahuan
adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada
di luar diri manusia
|
12
|
Karena
ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia
selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu selalu
berkembang.
|
Bersifat
absolut dan bersifat final
|
13
|
Siswa
diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka
masing-masing
|
Guru
adalah penentu jalannya proses pembelajaran
|
14
|
Penghargaan
terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
|
Pembelajaran
tidak memperhatikan pengalaman siswa
|
15
|
Hasil
belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya,
penampilan, rekaman, tes, dll.
|
Hasil
belajar hanya diukur dengan hasil tes
|
16
|
Pembelajaran
terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
|
Pembelajaran
hanya terjadi dalam kelas
|
17
|
Penyesalan
adalah hukuman dari perilaku jelek
|
Sanksi
adalah hukuman dari perilaku jelek
|
18
|
Perilaku
baik berdasar motivasi intrinsic
|
Perilaku
baik berdasar motivasi ekstrinsik
|
19
|
Berbasis
pada siswa
|
Berbasis
pada guru
|
20
|
Seseorang
berperilaku baik karena ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat
|
Seseorang
berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun
dengan hadiah yang menyenagkan
|
Pendekatan
Kontekstual Contextual Teaching Learning (CTL)
G. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi
pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan
keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh
sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa.
Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan
tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini
tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat
dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa
menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan
berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses
pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan
dalam keluarga dan lingkungan keluarga.
Strategi Pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan
siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis.
Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan
nilai yang dianggapnya baik.