Latest Posts
Rabu, 20 Januari 2016
Minggu, 17 Januari 2016
Minggu, 10 Januari 2016
7 Fakta Salah Tentang Teori Evolusi ini Masih Dipercaya Oleh Banyak Orang
Evolusi adalah perubahan panjang yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Salah satu contoh yang kerap diberikan adalah panjangnya leher jerapah akibat nenek moyangnya bertahan hidup dengan memakan daun dengan batang pohon yang tinggi. Lambat laun mereka berevolusi dan menjadikan keturunannya hidup dengan baik.
Namun, banyak hal terkait evolusi yang masih salah kaprah. Parahnya, hal yang salah itu justru dipercaya banyak sekali orangnya. Akhirnya mana yang merupakan fakta dan mana yang rekaan susah untuk diluruskan. Namun tenang, 7 fakta salah atau rekaan itu akan anda baca di bawah ini. Dengan begitu anda tidak akan pernah salah lagi.
1. Evolusi Akan Membentuk Kebiasaan Hidup yang Abadi
Sebuah teori mengatakan jika seekor kera akan tetap berperilaku seperti kera. Lalu manusia akan berlaku seperti manusia. Hal ini terjadi karena evolusi panjang yang terjadi membuat mereka jadi individu dengan kelakuan yang tak bisa diubah.
Simpanse bisa dilatih dan bersifat seperti manusia
Namun, teori itu nyatanya salah. Seorang anak bisa diubah sifatnya dengan diberi perlakukan tertentu. Sementara itu, kebiasaan hewan juga bisa diubah dengan ditempatkan pada lingkungan yang beda dengan lingkungan aslinya. Hal ini membuktikan jika evolusi tak mengabadikan sifat atau perilaku.
2. Semua Ilmuwan Menolak Teori Darwin
Darwin adalah orang pertama yang mengemukakan teori evolusi. Namun lambat laun teorinya banyak kesalahan hingga mulai ditinggalkan. Namun dalam beberapa hal teori ini masih bisa digunakan. Jadi tak semua orang atau ilmuwan menolak mentah-mentah apa yang dikatakan olehnya.
Semua Ilmuwan Menolak Teori Darwin
Mungkin teori mengenai asal-usul manusia banyak ditolak. Namun teori lain mengenai pohon keturunan masih bisa digunakan sampai sekarang. Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan selalu berkembang dengan cepat dan tidak stuck di satu titik saja.
3. Evolusi Bukanlah Sains Karena Tak Bisa Diamati
Banyak orang meyakini jika sesuatu yang hebat bisa diamati dengan baik dan berhubungan ilmu pengetahuan bisa dinamakan sains. Sedangkan evolusi yang berjalan hingga jutaan tahun tak bisa dianggap sebagai sains. Bagaimana mengamati kejadian yang berlangsung hingga waktu yang sangat panjang.
Evolusi Bukanlah Sains Karena Tak Bisa Diamati
Namun evolusi bisa diamati dan juga dites. Kita tak boleh menganggap jika mengamati sesuatu yang berhubungan dengan sains harus di lab dengan baju serba putih. Pengamatan sains bisa dilakukan di mana saja, bahkan alam terbuka.
4. Teori Evolusi Cacat dan Tak Selesai
Sains adalah sebuah dunia di mana setiap hari segala hal bisa berubah dengan drastis. Semua teori yang telah diajukan bisa saja gugur atau mengalami banyak sekali modifikasi. Hal ini sangatlah wajar dan bukan merupakan kesalahan. Semua ilmuwan menemukan sesuatu selalu didasarkan pada dugaan. Lalu mereka melakukan percobaan hingga menghasilkan suatu teori yang dianggap valid.
Teori Evolusi Cacat dan Tak Selesai
Hal senada juga terjadi pada teori evolusi. Teori ini tak bisa dianggap cacat karena tak semuanya salah. Namun seiring berjalannya waktu teori ini terus diperbaiki agar menjadi semakin sempurna. Dalam sains tak ada yang namanya kesempurnaan.
5. Jarak Antara Fosil Nenek Moyang dan Keturuan Akhir Meruntuhkan Evolusi
Evolusi memang menyebabkan suatu organisme berubah drastis. Namun dalam jangka waktu yang panjang itu pasti ada organisme transisi. Misal jerapah leher pendek ke jerapah leher panjang. Pasti di tengah-tengah ada jerapah leher agak panjang yang menjadi jembatan ke organisme paling baru.
Jarak Antara Fosil Nenek Moyang dan Keturuan Akhir Meruntuhkan Evolusi
Sayangnya fosil organisme transisi ini jarang sekali ada. Akhirnya banyak orang meragukan adanya evolusi. Jika evolusi ada maka fosil organisme transisi masihlah ada. Meski demikian banyak ilmuwan meyakini jika organisme transisi ini hidup di situasi yang membuat tubuh mereka tak bisa menjadi fosil.
6. Seleksi Alam Memberikan Semua yang Organisme Butuhkan
Bukan alam yang memberikan semua hal kepada organisme saat terjadi seleksi atau evolusi. Namun organisme lah yang mampu melakukan adaptasi dengan baik secara perlahan-lahan. Alam tidak memiliki pikiran atau bahkan kecerdasan dalam memberikan semua hal yang organisme butuhkan untuk hidup.
Seleksi Alam pada nenek moyang manusia menghasilkan organisme baru
Jika alam mampu melakukannya, kita bisa meminta apa saja. Misal tak ingin ada hujan lebat atau kemarau panjang. Namun pada akhirnya manusia dan semua organisme yang ada di bumilah yang harus menyesuaikan diri dengan baik.
7. Evolusi Akan Membuat Organisme Menjadi Lebih Baik
Evolusi tak membuat semua organisme menjadi baik dari nenek moyangnya. Ada beberapa yang bahkan menjadi lebih lemah. Misal hiu, nenek moyang hiu adalah raja lautan dengan tubuh yang super besar. Saat ini mungkin hiu adalah raja lautan tapi tubuhnya menjadi kecil dan masih kalah dengan paus yang sangat besar itu.
Evolusi Akan Membuat Organisme Menjadi Lebih Baik
Lingkungan yang berubah pada organisme inilah yang menjadikan mereka akan lebih baik atau buruk. Jika mampu menyesuaikan diri dengan baik, artinya akan jadi organisme yang lebih baik. Jika tidak, keturunannya akan menjadi organisme yang lebih buruk dari pendahulunya.
Demikianlah tujuh fakta tentang teori evolusi yang masih banyak dipercaya orang. Semoga setelah membaca ini anda akan tahu jika sebuah teori akan selalu berkembang. Bahkan teori yang saat ini benar-benar hebat, di masa depan akan bisa diruntuhkan dan terus diperbaiki.
Sumber : http://boombastis.com/fakta-evolusi/54518
Jumat, 08 Januari 2016
Senin, 16 November 2015
QUIZ ON LINE
Untuk mengetahui, kira-kira bila memang kamu memiliki kesempatan untuk mempunyai waktu alternatif, apa ya yang cocok dengan prestasi dirimu? Daripada mengira-ngira sendiri, lebih baik cari tahu, cara meraih prestasi alternatif apa yang cocok untuk kamu dengan menjawab quiz. Dalam kuis berikut ini disajikan siswa didik bisa berlatih untuk membiasakan mengatasi problem solving soal Ulangan UN, UAS, atau Formatif.
Kalian bisa langsung klik dan Sistem akan jalan langsung
Quiz di Blog ini bisa di accees dengan menggunakan PC Deskto atau Note Book melalui internet berikut ini :
ON LINE SD :
ON LINE SD :
1. MATEMATIKA 1
2. BAHASA INDONESIA PAKET 2
3. IPA_Paket_1
4. IPA_Paket_2
5. IPA_Paket_3
ON LINE SMP :
1. IPA SMP Kelas 7
2. B. Indonesia UN Paket 1
UKG GURU SD KELAS BAWAH
Sabtu, 14 November 2015
Multiple Intelligence Menurut Prof. Howard Gardener
PENDAHULUAN
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus (Wikipedia, File///F./Theory_of_Multiple_Intelligences.htm).
Selama ini tingkat intelegensia menjadi bagian terpenting dalam perkembangan seseorang. Jika seseorang memiliki orangtua yang cerdas kelak anak mewarisinya. Sebaliknya, jika orang tua berenang di tempat dangkal kemungkinan anak tidak berkesempatan menyelam lebih dalam. Asumsi tradisional ini menganggap potensi kecerdasan intelegensia terbatas pada saat anak lahir. Kemudian lahirlah pandangan modern terhadap intelegensia berdasarkan kapasitas otas seseorang. Artinya, anak akan belajar dari pengalaman jika orangtua memfasilitasi anak yang kelak berdampak besar bagi intelegensia dan potensinya.
Dikutip dari artikel Kagan online magazine berjudul Raising Smarter Children Develop Your Child’s Many Ways of Being Smart yang ditulis oleh duo bersaudara, Dr Spencer Kagan dan Miguel Kagan, mengatakan bahwa ada transformasi pemahaman mengenai kecerdasan anak. Asumsi tradisional tentang kecerdasan adalah ketika anak lahir dianugerahi tingkat inteligensia tertentu yang kemudian dianggap sebagai harga mati. Dalam artian anak cerdas adalah pemberian Tuhan namun tidak bisa diupayakan.
URAIAN
Dr. Howard Garned, seorang psikologi dari Universitas Harvard, AS mengemukakan teorinya bahwa kecerdasan tidak terpatri di tigkat tertentu dan terbatas saat seseorang lahir. ”Setiap orang mengembangkan kecerdasan dengan beragam cara yang dikenal dengan multiple intelligence”, katanya. Seperti, Mozart adalah pemusik jenius, seorang komposer sekaligus symphonies yang menjadi salah satu contoh pemilik kecerdasan musikal. Sedangkan einstein adalah salah satu ilmuwan dunia yang memiliki kecerdasan logika dan matematika. Apakah einstein lebih cerdas dibanding mozart? Jika ditilik dari teori multiple inteligensia, Einstein dan Mozart sama-sama cerdas tapi berbeda bidang. Jadi anak Anda pun berkesempatan mengembangkan kecerdasannya di berbagai bidang.
Gardner menemukan delapan kecerdasan, yaitu cerdas bahasa, logika/matematika, visual-spasial, musik, gerak, alam, sosial dan cerdas diri. Setiap orang berpontensi memilikinya, namun perkembangannya berbeda-beda.
Mungkin saja tidak semua anak berpotensi menjadi Einstein, tapi sudah kewajiban orangtua untuk berusaha mengembangkan pola unik tiap kecerdasan anak. Teori Howard menjadi acuan setiap sekolah dan guru. Selama bertahun-tahun, pendidik mengembangkan arahan strategi agar kegiatan belajar makin menarik. Sekolah mengadopsi multiple intelligence melalui laporan pendekatan akademik tes yang mencakup area kecerdasan seni, musik, edukasi fisik, hubungan sosial, pemahaman akan diri sendiri dan menyukai alam.
Sebagai orangtua, Anda mungkin bertanya, bagaimana cara membantu anak belajar? Jawabannya banyak! Anda bisa membantu anak tumbuh lebih cerdas dengan mengeksplorasi anak dengan berbagai aktifitas
PEMBAHASAN
Setiap orang memilki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligence". Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mengatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.
Pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Garnerd adalah :
- Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya
- Kecerdasan selain dapat berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain
- Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian yang berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia
Pada tingkat tertentu, kecerdasan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh. Artinya dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam kecerdasan manusia bekerja bersama-sama, kompak dan terpadu.
Kecerdasan yang terkuat cenderung “memimpin”/”melatih” kecerdasan lainnya yang lebih lemah. Dikatak juga bahwa manusia mempunyai berbagai cara untuk mendekati suatu masalah dan hamper semuanya dipelajari secra alami.
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Adapun Definisi Gardner tentang kecerdasan :
- Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
- Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
- Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat didalam kehidupannya.
Menurut Howard Gardener dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu:
- Kecerdasan linguistik
- Kecerdasan logik matematik
- Kecerdasan visual dan spasial
- Kecerdasan musik
- Kecerdasan interpersonal
- Kecerdasan intrapersonal
- Kecerdasan kinestetik
- Kecerdasan naturalis
Sedangkan versi dari http://berita-apa-aja.blogspot.com/2010/09/9-jenis-kecerdasan-manusia.html tipe kecerdasan ada 9 macam kecerdasan yaitu:
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis (jurnalis, penyair, pengacara)
Ciri-ciri :
- Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata
- Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas
2. Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan dalam hal angka dan logika (ilmuwan, akuntan, programmer) Ciri-ciri :
- Mudah membuat klasifikasi dan kategorisas
- Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis
- Pandangan hidupnya bersifat rasional
3. Kecerdasan Visual-Spasial Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek visual (arsitek, fotografer, designer, pilot, insinyur) Ciri-ciri :
- Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang
- Mudah memperkirakan jarak dan ruang
- Membuat sketsa ide dengan jelas
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan (atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit model) Ciri-ciri :
- Menikmati kegiatan fisik (olahraga)
- Cekatan dan tidak bias tinggal diam
- Berminat dengan segala sesuatu
5. Kecerdasan Musikal Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara (konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb) Ciri-ciri :
- Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat
- Dapat mengikuti irama
- Mendengar music dengan tingkat ketajaman lebih
6. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain (networker, negotiator, guru) Ciri-ciri :
- Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka
- Menjalin kontak mata dengan baik
- Menunjukan empati pada orang lain
- Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya
7. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri (konselor, teolog) Ciri-ciri :
- Membedakan berbagai macam emosi
- Mudah mengakses perasaan sendiri
- Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya
- Mawas diri dan suka meditasi
- Lebih suka kerja sendiri
8. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam pengetahuan akan alam (petani, nelayan, pendaki, pemburu) Ciri-ciri :
- Mencintai lingkungan
- Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang
- Senang kegiatan di luar (alam)
9. Kecerdasan Eksistensial Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (filsuf, teolog,) Ciri-ciri :
- Mempertanyakan hakekat segala sesuatu
- Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia
Namun penulis hanya membahas kecerdasan majemuk berdasarkan Prof. Howard Gardener tentang perincian serta penjelasan dari tiap-tiap kecerdasn majemuk yang beliau dapatkan, yang berikut akan dibahas lebih dalam dari 8 macam kecerdasan majemuk versi Prof. Howard Gardener.
1. KECERDASAN LINGUISTIK
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
2. KECERDASAN LOGIK MATEMATIK
Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar.
3. KECERDASAN VISUAL DAN SPASIAL
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
4. KECERDASAN MUSIK
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang.
Telah di teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang sains. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di teliti lebih mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat.
5. KECERDASAN INTERPERSONAL
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok.
6. KECERDASAN INTRAPERSONAL
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral.
7. KECERDASAN KINESTETIK
Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.
8. KECERDASAN NATURALIS
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.
Ada baiknya kita menjajaki jenis kecerdasan kita sendiri mana yang sudah berkembang dan mana yang belum. Dari delapan kecerdasan (intelligence) tersebut, manakah yang menjadi keunggulan anda dan mana yang belum anada gunakan secara maksimal?. Dengan mengetahui bahwa anda memilki kelebihan atau kekurangan pada kecerdasan tertentu, anda akan dapat berbenah diri dan meningkatakn kemampuan anda. Untuk bisa mengetahui lebih jelas mana kecerdasan anda yang lebih dominan dan menjadi kekuatan anda, tidak ada salahnya menjawab pertanyaan berikut ini.
KRITERIA KEABSAHAN MUNCULNYA TEORI KECERDASAN
Ø Memiliki dasar biologis
Kecenderungan untuk mengetahui dan memecahkan masalah merupakan sifat dasar biologis/ fisiologis manusia. Misalnya, gerak tubuh, berkomunikasi dengan orang lain, berimajinasi sendiri, menggunakan ritme dan suara, dan lain-lain. Kecenderungan-kecenderungan ini semua berakar pada sistem biologis manusia itu sendiri.
Ø Bersifat universal bagi spesies manusia
Setiap cara untuk memahami sesuatu selalu ada pada setiap budaya, tidak peduli kondisi sosio-ekonomi dan pendidikanya. Walaupun telah berkembang jenis ketrampilan pada budaya yang berbeda, namun hadirnya kecerdasan adalah bersifat universal. Dengan kata lain, kecerdasan berakar pada keberadaan spesies manusia itu sendiri.
Ø Nilai budaya suatu ketrampilan
Cara untuk memahami sesuatu didukung oleh budaya manusia dan merupakan hal yang harus diteruskan kepada generasi penerus. Contoh, pengembangan bahasa bisa berupa tilisan pada suatu budaya,hiroglif pada budaya lain, pesan-pesan lisan, bahasa-bahasa tanda, pada budaya lain pula. Namun bahasa formal dinilai tinggi dan merupakan kriteria pendidikan dan sosial seseorang.
Ø Memiliki basis neurologi
Setiap kecerdasan memiliki bagian tertentu pada otak sebagai pusat kerjanya, dan yang dapat diaktifkan atau dipicu oleh informasi eksternal maupun internal.
Ø Dapat dinyatakan dalam bentuk simbol
Setiap kecerdasan dapat dinyatakan dalam bentuk simbol atau tanda-tanda tertentu. Misalnya simbol kata, gambar, music, angka, dan lain-lain. Adanya simbol-simbol tersebut merupakan kunci bahwa kecerdasan dapat dialihkan atau diajarkan.
Strategi Dasar Pembelajaran Kecerdasan Ganda
Ada beberapa strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan ganda, yaitu:
- Membangunkan /memicu kecerdasan , yaitu upaya untuk mengaktifkan indera dan menghidupkan kerja otak.
- Memperkuat kecerdasan, yaitu dengan cara member latihan dan memperkuat kemampuan membangunkan kecerdasan.
- Mengajarkan dengan /untuk kecerdasan ,yaitu upaya-upaya mengembangkan struktur pelajaran yang mengacu pada penggunaan kecerdasan ganda.
- Mentransfer kecerdasan, yaitu usaha memanfaatkan berbagai cara yang telah dilatihkan di kelas untuk memahami realitas di luar kelas atau pada lingkungan nyata.
Di dalam bukunya yang berjudul “Seven ways of knowing: Teaching for multiple intelligences” Lazear secara lengkap menjelaskan cara pengelolaan masing-masing kecerdasan dengan urutan seperti pada strategi dasar di atas, lengkap dengan tujuan dan proses, teori dan penjelasan bagian otak yang berkaitan dengan kerja kecerdasan masing-masing.
MENGEMBANGKAN KECERDASAN GANDA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kecerdasan ganda sebenarnya merupakan teori yang bersifat filosofis. Hal ini tampak pada sikapnya terhadap belajar dan pandangannya terhadapa pendidikan atau pembelajaran. Pendidikan/pembelajaran ditinjau dari sudut pandang kecerdasan ganda lebih mengarah kepada hakekat dari pendidikan itu sendiri, yaitu yang secara langsung berhubungan dengan eksistensi, kebenaran , dan pengetahuan. Gambarannya tentang pendidikan diwarnai oleh semangat Dewey yang mendasarkan diri pada pendidikan yang bersifat progresif.
Kategori-kategori yang banyak digunakan orang selama ini adalah kategori music, pengamatan ruang, dan body-kinestetik . Adalah hal yang baru ketika Garnerd memasukkan kategori-kategori itu semua ke dalam pengertian kecerdasan dan bukannya talenta atau bakat. Garnerd menyadari bahwa banyak orang telah terbiasa mengatakan atau mendengarkan ungkapan seperti “Ia tidak begitu cerdas, tetapi ia memiliki bakat music yang sangat hebat”. Sebagaimana orang-orang mengatakan bahwa sesuatu adalah bakat, oleh Garnerd bakat-bakat atau kategorI-kategori tersebut dikatakan sebagai kecerdasan.
Untuk memberi dasar terhadap teori yang dikemukakannya, Gardner merancang dasar-dasar “tes” tertentu, dimana setiap kecerdasan harus dipertimbangkan sebagai inteligensi yang terlatih dan memiliki banyak pengalaman, yang tidak disebut sebagai talenta atau bakat. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam teori kecerdasan ganda, yaitu:
- Setiap orang memiliki semua kecerdasan-kecerdasan itu
- Banyak orang dapat mengembangkan masing-masing kecerdasannya sampai ke tingkat optimal
- Kecerdasan biasanya bekerja bersama-sama dengan cara yang unik
- Ada banyak cara untuk menjadi cerdas
Para pakar terdahulu mengatakan bahwa pikiran dipertimbangkan sebagai sesuatu yang ada pada jantung, hati dan batu ginjal. Pakar berikutnya beranggapan bahwa kecerdasan atau inteligensi terdiri dari beberapa factor. Teori kecerdasan ganda merupakan model kognitif yang menjelaskan bagaimana individu-individu menggunakan kecerdasannya untuk memecakan masalah dan bagaimana hasilnya. Tidak seperti model-model lain yang berorientasi proses, pendekatan Gardner lebih berorientasi pada bagaimana pikiran manusia mengoprasi atau mengolah, menggunakan, menguasai lingkungan.
Pengalaman-pengalaman menyenangkan ketika belajar akan menjadi activator bagi perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan pengalaman-pengalaman yang menakutkan, memalukan, menyebabkan marah, dan pengalaman emosi negative lainnya akan menghambat perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya.
Apabila ingin mengetahui arah kecerdasan siswa di kelas, dapat diketahui melalui indicator-indikator tertentu. Misalnya, apa yang dikerjakan siswa ketika mereka mempunyai waktu luang. Setiap guru dapat menggunakan catatan-catatan kecil praktis yang dapat digunakan untuk memantau kecenderungan perkembangan kecerdasan siswa di kelas. Guru juga dapat menyusun checklist yang berisi tentang kecerdasan-kecerdasan tersebut. Cheklist dapat digunakan untuk memantau kecerdasan siswa. Selain checklist ada cara lain yang dapat digunakan yaitu mengumpulkan dokumen berupa photo, rekaman-rekaman lain yang berhubungan dengan aktifitas siswa, dan catatan-catatan di sekolah yang berhubungan dengan peringkat nilai semua mata pelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan ganda antara lain, dengan menyediakan hari-hari karir, studi tour,biografi, pembelajaran terprogram, kegiatan-kegiatan eksperimen, majalah dinding, papan display, membaca buku-buku yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat table perkembangan kecerdasan ganda, atau human intelligence hunt.
Setiap siswa memiliki perbedaan kecenderungan dalam perkembangan kecerdasan gandanya, maka guru perlu menggunakan strategi umum maupun khusus dalam pembelajaran untuk mengembangkan seluruh kecerdasan siswa secara optimal. Teori kecerdasan ganda juga mengatakan bahwa tidak ada satu pun pendekatan atau strategi yang cocok digunaka bagi semua siswa. Dalam hal pengukuran kecerdasan ganda lebih mengutamakan pada studi dokumentasi dan proses pemecahan masalah. Apabila kegiatan di atas dapat dilakukan maka ketrampilan kognitif siswa pun dapat berkembang dengan sendirinya.
Ada satu alternative lain yang juga dapat digunakan dalam rangka memantau perkembangan kecerdasan siswa di kelas, yaitu dengan memberdayakan siswa sendiri. Artinya, checklist yang mencakup kecerdasan-kecerdasan tadi yang mengisi bukannya guru, tetapi pengisian dilakukan oleh para siswa. Kegiatan di kelas pada saat-saat tertentu adalah pengisian checklist tentang kecerdasan-kecerdasan masing-masing anak. Mereka saling memberikan penilaian antar teman.Selain anak diberi kesempatan untuk menilai kecerdasan temannya, ia juga diberi kesempatan untuk self-monitoring, dengan cara mengisi checklist tentang kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya sendiri.
Perkembangan kecerdasan juga dapat dilakukan dengan teknik “konseling sebaya”/ “tutor sebaya”. Caranya, guru menyeleksi siapakah yang memiliki keunggulan di bidang matematika misalnya, dimimta membimbing teman-temannya yang kurang dalam matematika. Demikian juga untuk bidang-bidang kecerdasan yang lain. Pembimbing di dalam kelompok dapat bergantian tergantung pada kecerdasan apa yang akan dikembangkan.
Pendekatan ini sangat tepat digunakan untuk anak-anak SMP dan SMA, mengingat pada dasarnya mereka lebih suka berbicara dan bergaul dengan teman sebayanya dari pada gurunya. Di samping itu, model konseling sebaya atau tutor sebaya dalam pembelajaran kecerdasan ganda memungkinkan berbagai aspek dalm diri anak dapat berkembang selaras dan optimal. Kelompok belajar semacam ini sangat potensial untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Guru dituntut untuk mampu mendeteksi anak-anak yang memiliki kecerdasa-kecerdasan unggul, dan membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan.
Pendidikan/pembelajaran kecerdasan ganda berorientasi pada pengembangan potensi anak bukan berorientasi pada idiealisme guru atau orang tua apalagi ideology politik. Anak berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat, bertanggungjawab, percaya diri dan mandiri tidak bergantung pada orang lain, kreatif, mampu berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik. Ketrampilan-ketrampilan ini sangat dibutuhkan oleh manusia-manusia yang hidup di era ekonomi informasi abad global.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adapun manfaat dari kecerdasan majemuk dalam proses pembelajaran yaitu sebagai masukan berupa teori, metode dan praktek tentang pembelajaran itu sendiri.
SARAN
Saran yang dapat kami berikan yaitu agar teori tentang kecerdasan majemuk itu dapat digunakan dalam proses pembelajaran, tanpa membedakan antara kecerdasan siswa yang satu dengan yang lain. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
(Wikipedia, File///F./Theory_of_Multiple_Intelligences.htm)
http://berita-apa-aja.blogspot.com/2010/09/9-jenis-kecerdasan-manusia.html
Hukum Atau Prinsip Perkembangan Terhadap Pendidikan
PERKEMBANGAN PESETRA DIDIK
TENTANG HUKUM ATAU PRINSIP PERKEMBANGAN TERHADAP PENDIDIKAN
1 Pengertian Hukum Perkembangan
Selama hayatnya, manusia sebagai individu mengalami perkembangan yang berlangsung secara berangsur-angsur, perlahan tapi pasti, menjalani berbagai fase, dan ada kalanya diselingi oleh krisis yang datangnya pada waktu-waktu tertentu. Proses perkembangan yang berkesinambungan, beraturan, bergelombang naik dan turun, yang berjalan dengan kelajuan cepat maupun lambat, semuanya itu menunjukkan betapa perkembangan mengikuti patokan-patokan atau tunduk pada hukum-hukum tertentu, yang disebut dengan hukum perkembangan.
Hukum perkembangan adalah prinsip-prinsip yang mendasari perkembangan fisik maupun psikis individu. Sebagian ahli psikologi ada yang lebih senang menggunakan istilah “prinsip-prinsip perkembangan” dan tidak mau menggunakan istilah hukum perkembangan. Akan tetapi, di Indonesia yang lebih dikenal adalah istilah hukum perkembangan daripada prinsip perkembangan. Perbedaan istilah tersebut tidak memberikan pengaruh fundamental terhadap makna dasar yang dikandungnya. Oleh karena itu, dalam tulisan ini digunakan istilah hukum perkembangan.
Pengertian hukum sudah tentu mengandung arti keteraturan dan keselaluan terjadinya suatu peristiwa. Demikian jelasnya pengertian hukum itu, terdapat dalam peristiwa-peristiwa fisika, misalnya hukum pemuaian logam yang dipanaskan. Pengertian hukum-hukum fisika itu akan dicoba sebagai metode untuk menyelidiki gejala-gejala pertumbuhan dan perkembangan anak, di mana anak-anak tidak boleh dipandang semata-mata benda fisika, tetapi serta-merta anak itu hidup merohani dan membudaya. Sehingga hukum-hukum psikologi tidak akan se-eksa hukum-hukum fisika.
Hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia), yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Misalnya, seorang anak baru bisa berkembang, apabila ia dalam keadaan hidup. Ini merupakan hukum yang sudah pasti, sehingga tak mungkin dibantah kebenarannya oleh siapapun jua. Jadi, hidup adalah syarat mutlak bagi terjadinya proses perkembangan. Karena sudah pasti dan mutlak kebenarannya, maka dalam ilmu jiwa perkembangan, susunan kalimat pernyataan seperti itu disebut hukum.
2. Macam Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan itu banyak sekali, di antaranya adalah sebagai berikut.
Hukum Kesatuan Organis
Menurut hukum ini anak terdiri dari organ-organ (anggota) tubuh yang merupakan satu kesatuan organis, bukan suatu penjumlahan atau suatu kumpulan unsur yang berdiri sendiri. Di antara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya tidak dapat dipisahkan. Pernyataan-pernyataan psikis satu sama lain saling bersangkut-paut, pengaruh-mempengaruhi dan merupakan suatu keseluruhan.
Pertumbuhan dan perkembangan adalah diferensiasi atau pengkhususan dari totalitas pada unsur-unsur atau bukan suatu kumpulan dari bagian-bagian. Daya dan fungsi jiwa tidaklah berkembang satu demi satu atau terlepas satu sama lain, melainkan saling bersangkut paut. Misalnya ingatan tidak berkembang dan maju sendiri tanpa hubungan dan sangkut paut dengan pengamatan dan perhatian. Contoh lain misalnya perkembangan kaki yang semakin besar dan panjang, mesti diiringi oleh perkembangan otak, kepala, tangan, dan lain-lainnya.
Hukum Tempo Perkembangan
Sesuai dengan istilahnya, tempo berarti waktu atau masa. Menurut hukum ini, setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-sendiri. Artinya, ada anak yang mengalami perkembangan cepat, sedang, dan ada pula yang lambat. Di antara jenis kelamin yang berbeda pun terdapat tempo perkembangan yang berbeda.
Kalau kita memperhatikan proses-proses perkembangan dan pertumbuhan pada berbagai anak, akan terdapatlah anak-anak tumbuhnya kelihatan lancar dan cepat. Misalnya, ada anak-anak yang lekas besar badannya, gemuk dan sehat. Perkembangan kemampuannya seperti tengkurab, duduk, berdiri, berjalan, berbicara, dan seterusnya kelihatan lancar dan cepat. Akan tetapi sebaliknya, ada anak-anak yang pertumbuhan fisiknya kelihatan lambat, demikian pula mengenai kemampuan-kemampuan fisiknya dan rohaninya. Pada umumnya bila kemampuan-kemampuan fisik lambat berkembang, maka kemampuan-kemampuan psikisnya akan tertunda. Ada pula anak-anak yang berkembang secara biasa, tidak lambat dan tidak pula cepat.
Mengapa ada perbedaan-perbedaan tempo perkembangan pada anak-anak itu? Pertama-tama dapat dikemukakan adanya faktor-faktor pembawaan yang berbeda satu sama lain pada anak-anak, dan kedua karena pengaruh lingkungan sekitar fisik dan sosio-kulturalnya.
Misalnya faktor kesehatan dan gizi, sangat jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemudian kemajuan pendidikan, terutama pada orang tua anak. Pada keluarga yang terpelajar atau berpendidikan, biasanya anak-anak mereka akan lebih maju daripada anak-anak dari kalangan yang kurang dalam pendidikannya.
Secara umum, ada dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada keseluruhan perkembangan mental, yakni :
- Apabila perkembangan kemampuan fisik berjalan jauh tertinggal dari patokan umum, tanpa ada sebab khusus, fungsionalitas fisiknya terganggu.
- Apabila perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan anak-anak lain pada masa perkembangan yang sama. Seorang anak yang pada umur empat tahun misalnya masih mengalami kesulitan dalam berbicara, mengemukakan sesuatu dan terbatas perbendaharaan katanya, ia akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek perkembangannya.
Adanya hukum tempo perkembangan ini, seharusnya orang tua tidak perlu merasa kecewa apabila anaknya mengalami perkembangan yang lambat dibandingkan dengan anak-anak yang lainnya.
Tempo perkembangan seorang anak sebenarnya dapat diubah (dipercepat) sedikit, tetapi tidak dapat dipaksakan. Misalnya, ada orang tua yang menganggap dirinya bijaksana, dengan berusaha mengajari anaknya yang belum bersekolah membaca, menulis, dan berhitung. Kemudian, ketika anaknya sudah masuk sekolah tidak diberi kesempatan untuk bermain-main karena harus senantiasa belajar.
Tindakan demikian dapat mempercepat perkembangan akal anak itu. Akan tetapi, tindakan orang tua tersebut sebenarnya tidak tepat. Meskipun dari tindakan tersebut tidak menyebabkan anak menderita apapun, tetapi keadaan itu berarti bahwa anak itu telah mencapai puncak perkembangan lebih dahulu daripada teman-teman sebayanya.
Ia telah melaju maju terlalu cepat dan biasanya perkembangan rohani yang luar biasa itu akan menganggu kesehatan badan. Lagi pula tidak ada orang di dunia ini yang dapat melebihi puncak perkembangan yang sudah ditetapkan dalam pembawaannya.
c. Hukum Irama (Ritme) Perkembangan
Di samping memiliki tempo, perkembangan juga berlangsung sesuai dengan iramanya. Sangat erat hubungannya dengan tempo perkembangan, yaitu adanya irama atau ritme di dalam perkembangan. Irama berarti variasi atau fluktuasi naik turunnya kecepatan perkembangan individu. Hukum irama berlaku untuk setiap manusia. Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi atau abilitas-abilitas pada seorang anak.
Ada fungsi-fungsi tertentu dengan cepat berkembang, tetapi pada suatu ketika tampaknya tak ada kemajuan-kemajuan, seolah-olah terhenti. Misalnya, seorang anak pada suatu ketika sangat cepat mempelajari bahasa, banyak kata yang dapat dipelajari pada suatu minggu jauh melebihi teman sebayanya, tetapi minggu berikutnya tak kelihatan kemajuannya.
Irama perkembangan pada tiap-tiap fungsi berlainan, dengan kata lain perkembangan itu tidak berlangsung secara tetap atau konstan, adakalanya cepat dan ada kalanya lambat pada suatu ketika seperti terhenti. Gejala semacam ini dianggap sebagai stagnasi dalam perkembangan psikis anak-anak.
Apa penyebab timbulnya gejala-gejala stagnasi perkembangan itu? Oleh karena pada masa kanan-kanak dan remaja itu memang benar-benar banyak fungsi yang tumbuh dan berkembang, maka energi perkembangan suatu ketika banyak dimobilisasi untuk perkembangan suatu fungsi, sehingga fungsi-fungsi yang lain kurang energi perkembangannya.
Tetapi jika fungsi tadi telah cukup berkembang, pindahlah pengerahan energi perkembangan kepada fungsi lainnya. Nah, dengan adanya mobilisasi dan pengerahan energi yang tidak sama itulah maka terjadi stagnasi perkembangan psikis, seolah-olah fungsi yang mengalami stagnasi itu terhenti perkembangannya. Berhenti sama sekali, tentulah tidak, hanya tampaknya lambat sekali. Hal ini hanya terjadi pada fungsi-fungsi yang terulang kembali perkembangannya, tetapi fungsi yang hanya berkembang sekali, misalnya belajar berjalan, kalau sudah dapat berjalan dan berlari sebagai mana mestinya, fungsi tadi lalu berhenti. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya masih berkembang terus.
Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani, tidak selalu dialami perlahan-lahan dengan urutan-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih berganti. Pada suatu masa, laju perkembangannya berjalan dengan cepat, tetapi pada waktu berikutnya sedikitpun tidak tampak kemajuan (terhambat).
Kelajuan atau keterhambatan dalam perkembangan itu tidak sama besar pada setiap anak. Demikian pula proses percepatan maupun perlambatan dalam peralihan perkembangan tidak sama cara berlangsungnya pada setiap anak. Sehubungan dengan perkembangan cepat atau lambat ini, anak dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu :
- a. Anak yang tidak menunjukkan perkembangan yang cepat ataupun terhambat, melainkan perkembangannya berlangsung mendatar dan maju secara berangsur-angsur. Semuanya berlangsung dengan tenang, masa yang satu disambung oleh masa berikutnya dengan tidak menunjukkan peralihan yang nyata.
- Anak yang cepat sekali berkembang pada waktu kecilnya, tetapi sesudah besar kecepatan perkembangannya semakin berkurang sehingga akhirnya berhenti sama sekali.
- Anak yang lambat laju perkembangannya pada waktu kecil, tetapi semakin besar (lama) semakin bertambah cepat kemajuannya.
3. IMPLIKASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN INDIVIDU TERHADAP PENDIDIKAN DASAR
Implikasi Genetik dan Lingkungan Terhadap Pendidikan Dasar
Dalam situasi sekolah, gen-gen dapat dilihat sebagai bagian dari dunia nyata individu-individu. Meskipun demikian, bagi seseorang yang bekerja dekat dengan individu-individu dan remaja, kekuatan dan kelemahan dari pengaruh genetik ini adalah penting untuk dipahami. Seorang guru misalnya, perlu memahami sifat-sifat dan perbedaan-perbedaan individual. Di samping itu, pemahaman tentang dampak faktor-faktor lingkungan terhadap perkembangan individu akan memberi pendidik suatu pertimbangan yang optimistis tentang potensi-potensi yang penting ditumbuh kembangkan dalam diri semua peserta didik. Mcdevit dan Ormrod (2002) merekomendasikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik dalam lingkungan bagi perkembangan individu, yaitu:
Memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan individual individu.
Guru yang menghargai berbagai karakteristik fisik, tipe-tipe kepribadian, dan bakat-bakat mereka dapat membuat peserta didik menjadi senang. Individu-individu yang tinggi dan pendek, gemuk damn kurus, yang serasi dan kikuk, yang sedih dan ceria, yang kalem dan pemarah semuanya harus mendapat tempat yang benar dalam hati guru.
Menyadari bahawa sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi segala aspek perkembangan.
Gen-gen mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan fisiologis dan pengaruh yang sedang terhadap karakteristik fisikologis yang kompleks. Meskipun demikian, perkembangan dan belajar harus dipandang sebagai suatu hasil pertumbuhan biasa dari aspek biologis yang sangat berpengaruh terhadap individu. Faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruh perkembangan individu melalui banyak cara seperti melalui layanan pengajaran dan bimbingan. Individu-individu yang secara genetik memiliki kecenderungan untuk menjadi seorang yang mudah marah atau agresif dan dapat dilatih dan dibimbing seseorang yang lebih adaktif dan memperlihatkan tingkah laku prososial.
Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.
Misalnya, untuk tumbuh menjadi lebih dewasa individu-individu dan remaja harus aktif mencari lingkungan-lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang sesuai dengan kemampuan naturalnya, dan guru mengambil posisi kunci untuk menolong mereka menemukan aktivitas dan sumber-sumber yang memungkinkan mereka menggunakan dan mengembangkan bakat-bakat mereka.
Implikasi Perkembangan Otak Terhadap Pendidikan Dasar
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang sengaja diciptakan Allah Swt. untuk mengindera dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Otak berfungsi untuk mengoptimalkan perilaku sehingga tubuh mampu menghdapi tantangan dan kesempatan yang datang setiap saat. Aktivitas sel saraf yang terorganisasi akan dirasakan sebagai aktivitas mental yang teratur. Oleh karena itu, otak menjadi penentu utama keberhasilan proses pendidikan karena otak sentral dari semua aktivitas manusia baik aktivitas organ yang ada di dalam, maupun aktivitas pancaindra yang ada di luar.
Perkembangan otak mulai terjadi sejak masa prenatal, yaitu 25 hari setelah konsepsi. Pada awal masa perkembangan ini otak terlihat seperti sebuah tabung yang tidak rata dan sangat halus (Raiport, 1992; Jonhson, 1998). Tabung halus ini berisi sel-sel yang kemudian membentuk kantong-kantong atau ruang-ruang. Ruang-ruang tersebut terbagi menjadi tiga ruang, yaitu forebrain (otak depan),mitbrain (otak tengah), dan hindbrain (otak belakang).
Perkembangan otak pada usia sekolah dan remaja banyak terjadi di wilayah korteks, suatu wilayah otak di mana individu dapat mengontrol tingkah lakunya sendiri. Selama masa usia sekolah, korteks mengalami perkembangan puncak dan terus diperbaiki dalam masa remaja (Kolb dan Vantien, 1998).
Dalam hal ini, pendidikan harus memberikan lebih banyak kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai keterampilan-keteramppilan yang memungkinkan otaknya berkembang. Proses pembelajaran harus jauh dari upaya menjejalkan pengetahuan ke dalam otak anak. Penjejalan pengetahuan secara berlebihan justru akan mengganggu pemahaman dan melelahkan otak anak. Menjejali otak anak dengan sejumlah besar informasi dan pengetahuan malah akan mematikan kecerdasan oleh karena itu, pendidikan seharusnya merupakan upaya pengembangan segala potensi anak, melatih pengamatan, dan pemngambilan keputusan, merangsang pemikiran dan imajinasi, memperdalam pemahaman dan memperkuat konsentrrasi.
Karakteristik Individu dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Dasar
Karakteristik individu adalah keseluruhan kelakukan dan kemampuan yang ada pada individu sebagai hasil pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu baik dalam hal fisik, maupun mental biasanya digunakan istilah nature dan nurture. Nature (alam, sifat dasar) adalah karakteristik individu atau sifat khas seseorang yang dibawa sejak kecil atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan, sedangkan nurneture (pemeliharaan, pengasuhan) adalah faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak dari masa pembuahan sampai masa selanjutnya.
Adanya karakteristik individu yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan tersebut jelas membawa implikasi terhadap proses pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, proses pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik secara individu. Ini berarti bahwa di dalam proses belajar mengajar setiap individu peserta didik memerlukan perlakuan yang berbeda sehingga strategi dan pelaksanaannya pun akan berbeda-beda.
Pemahaman pendidik tentang karakteristik peserta didik akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik atau lebih tepat yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi peserta didik. Ketepatan pemilihan pola mengajar akan menimbulkan proses interaksi dari masing-msing komponen belajar mengajar secara optimal.
Implikasi Perkembangan Kognitif Terhadap Pendidikan Dasar
Perkembangan kognisi adalah perkembangan tentang pengetahuan. Perkembangan kognitif meliputi kemampuan metakognitif, strategi kognitif, gaya kognitif dan pemikiran kritis. Metakognisi adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognitif atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Strategi kognitif merupakan salah satu kecakapan aspek kognitif yang penting dikuasai oleh peserta didik dalam belajar atau memecahkan masalah.
Kemampuan metakognisi merupakan aspek-aspek kognitif yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Peserta didik diharapkan mampu mengembangkan dan menggunakan strategi kognitif secara efektif. Ini berarti bahwa perkembangan metakognisi dan strategi kognitif memberikan beberapa implikasi bagi pendidikan. Secara umum pengetahuan metakognitif mulai berkembang pada usia 5-7 tahun dan terus berkembang selama usia sekolah, masa remaja, bahkan sampai dewasa. Meskipun demikian hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan individual antara peserta didik dalam usia yang sama.
Flevel menyatakan bahwa individu-individu yang masih kecil telah menyadari adanya pikiran, memiliki keterkaitan, atau terpisah dengan dunia fisik, dapat menggambarkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara akurat atau tidak akurat, dan secara aktif menengahi interpretasi tentang realitas dan emosi yang dialami. Individu-individu usia 3 tahun telah mampu memahami bahwa pikiran adalah peristiwa mental internal yang menyenangkan (merujuk pada peristiwa-peristiwa nyata atau khayalan). Mereka juga dapat membedakan pikiran dengan pengetahuan.
Berdasarkan kemampuan metakognisinya proses pembelajaran pada individu-individu bukan semata-mata proses penyampaian materi bidang ilmu tertentu saja, sebaliknya yang lebih penting adalah proses pengembangan pengetahuan strategi kognitif peserta didik. Hal inilah yang menjadi kunci pendidikan untuk membantu siswa dalam mempelajari serangkaian strategi yang dapat mengahasilkan solusi problem. Berikut ini beberapa upaya yang harus dilakukan pendidik dalam mengembangkan kemampuan metakognisi dan strategi kognitif.
- Pendidik harus mengajarkan dan menganjurkan kepada peserta didik untuk menggunakan strategi belajar yang sesuai dengan kelompok usia mereka.
- Memberikan pelatihan tentang strategi belajar, kapan dan bagaimana menggunakan strategi untuk mempelajari tugas-tugas baru dan sulit. Penelitian tentang pelatihan strategi menunjukkan bahwa terjadinya kemajuan belajar secara subtansial setelah peserta didik mengikuti pelatihan strategi di sekolah (Seiffer dan Hofnung, 1994).
- Menunjukkan strategi belajar yang efektif serta mendorong peserta didik untuk menggunakan strateginya sendiri.
- Mengidentifikasi situasi-situasi di mana suatu strategi memungkinkan untuk digunakan.
- Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sendiri dengan sedikit atau tanpa bantuan dari pendidik.
- Memberi kesempatan seluas luasnya kepada peserta didik untuk mengakses hasil belajarnya sendiri, sehingga mereka bisa mengetahui apa yang telah dikerjakannya dan apa yang belum diketahuinya.
- Sering memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar mereka ketika pendidik sering memberikan umpan balik. Ia tidak hanya meningkatkan belajar dan prestasi akademik peserta didik di kelas, tetapi juga membantu metakognitif mereka berkembang dengan baik. Pendidik dapat juga menggunakan umpan balik untuk mendorong perkembangan strategi belajar siswa yang lebih efektif.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi belajarnya sendiri dan menolong mereka mengembangkan mekanisme melakukan perbuatan belajar yang efektif.
- Mengharapkan dan menganjurkan peserta didik untuk belajar mandiri, yakni melakukan perbuatan belajar sendiri, menentukan sendiri apa yang harus dilakukan memecahkan masalah sendiri, tanpa bergantung pada orang lain (Desmita, 2009:143-144).
Implikasi Konsep Diri Peserta Didik Terhadap Pendidikan
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, pendidik perlu melakukan upaya-upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri peserta didik. Berikut ini akan di uraikan beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan oleh pendidik, yaitu:
Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari pendidik
Dukungan pendidik ini dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support), seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik. Bentuk dukungan ini memungkinkan siswa untuk membangun perasaan, memiliki harga diri, memiliki kemampuan dan berarti
Membuat siswa bertanggung jawab
Rasa tanggung jawab akan mengarahkan sikap positif siswa terhadap diri sendiri yang diwujudkan dengan usaha pencapaian prestasi belajar siswa yang tinggi serta peningkatan integritas dalam menghadapi tekanan sosial.
Membuat siswa merasa mampu
Pendidik harus berpandangan bahwa semua siswa pada dasarnya memiliki kemampuan hanya saja mungkin belum dikembangkan. Dengan sikap dan pandangan positif terhadap kemampuan siswa ini, siswa akan berpandangan positif juga terhadap kemampuan dirinya.
Mengarahkan siswa untuk mendapat tujuan yang realistis
Pendidik harus membentuk siswa untuk menetapkan tujuan yang hendak dicapai secara realistis mungkin, yakni sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis
Untuk menghindari penilaian yang negatif terhadap dirinya sendiri, pendidik perlu membantu siswa menilai prestasi mereka secara realistis sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri terhadap kemampuan mereka. Hal ini pada gilirannya dapat membangkitkan motivasi, minat, dan sikap siswa terhadap seluruh tugas di sekolah.
Menolong siswa agar bangga dengan dirinya secara relistis
Memberikan dorongan kepada siswa agar bangga dengan prestasi yang telah dicapainya merupakan hal penting karena rasa bangga tersebut adalah salah satu kunci untuk menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimilikinya.
Perkembangan Kemandirian Peserta Didik dan Implikasinya dalam Dunia Pendidikan
Kemandirian adalah kecakapan yang berkembang sepanjang rentang kehidupan individu. Pengembangan kemandirian peserta didik meliputi:
- Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis
- Mendorong individu berpartisipasi dalam mengambil keputusan
- Memberi kebebasan kepada individu untuk mengeksplorasi lingkungan
- Penerimaan positif tidak membeda-bedakan individu yang satu dengan yang lain
- Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan individu.
- Implikasi Perkembangan Moral dan Spiritual Terhadap Pendidikan
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi dengan orang lain (Santrock, 1998). Individu-individu ketika dilahirkan tidak memiliki moral tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Individu belajar memahami perilaku baik dan perilaku buruk melalui orang tua, saudara, teman sebaya, dan guru.
Perkembangan spiritural adalah suatu kepercayaan akan adanya suatu kekuatan atau suatu yang lebih agung dari dirinya sendiri (Witmer, 1989). Bollinger (1969) menggambarkan kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan terdalam dari diri seseorang yang apabila terpenuhi individu akan menemukan identitas dan makna hidup yang penuh arti. Istilah spiritual dan religius sering sekali dianggap sama, namun banyak pakar yang menyatakan keberatannya jika kedua istilah ini dipergunakan saling silang. Spritualitas kehidupan adalah inti keberadaan dari kehidupan. Spiritualitas adalah kesadaran tentang diri, dan kesadaran individu tentang asal, tujuan, dan nasib. Agama adalah kebenaran mutlak dari kehidupan yang memiliki manifestasi fisik di atas dunia. Agama memiliki kesaksian iman, komonitas, dan kode etik. Dengan kata lain spiritualitas memberikan jawaban siapa dan apa seseorang itu, sedangkan agama memberikan jawaban apa yang harus dikerjakan seseorang.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa spiritualitas merupakan gabungan dari semua dimensi: 1) Sense of meaning, 2) concept of divine, absolute, or force greater than one’s self, 3) relationship with divinity and other beings, 4) tolerance or negatife capability for mystery, 4) peak and ordinary experience engaget to enhance spirituality (may include rituals or spiritual discliplines), dan 6) spirituality as a systemic force that acts to integrate all the dimensions of one’s life (Desmita, 2009:277).
Memerhatikan uraian tentang perkembangan moral dan spiritual seperti yang telah dipaparkan, sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan moral dan spiritual mereka sehingga mereka dapat menjadi manusia yang moralis dan religius. Beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan dalam membantu perkembangan moral dan spiritual peserta didik, yaitu:
- Memberikan pendidikan moral dan keagamaan melalui kerikulum tersembunyi.
- Memberikan pendidikan moral langsung, yakni pendidikan moral dengan pendekatan pada nilai dan sifat.
- Memberikan pendekatan moral melalui pendekatan klarifikasi nilai, yaitu pendekatan pendidikan moral tidak rangsung terfokus pada upaya membantu siswa untuk memperoleh kejelasan mengenai tujuan hidup mereka.
- Menjadikan wahana yang kondusif bagi peserta didik menghayati agamanya.
5. Membantu peserta didik mengembangkan rasa ketuhanan melalui pendekatan spiritual parentin.
Implikasi Proses Penyesuaian Individu Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa setiap individu. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga mengemban fungsi pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagi rujukan dan tempat perlindungan jika individu didik mengalami masalah. Oleh karena itulah, di setiap sekolah ditunjuk wali kelas, yaitu guru-guru yang akan membantu peserta didik menghadapi kesulitan dalam pembelajarannya dan guru-guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu peserta didik yang mempunyai masalah pribadi, dan masalah penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri, maupun terhadap tuntutan sekolah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempelancar proses penyesuaian diri setiap individu khususnya di sekolah adalah sebagai berikut.
- Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi individu didik baik secara sosial, fisik, maupun akademis.
- Menciptakan suasana belajar mengajkar yang menyenangkan bagi peserta didik.
- Usaha memahami peserta didik secara menyeluruh baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
- Menggunkan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
- Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
- Ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
- Peraturan atau tata tertib yang jelas dan dipahami oleh peserta didik.
- Guru menjadi teladan dalam segala aspek pendidikan
- Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksindividuan kegiatan pendidikan di sekolah.
- Pelaksanaan program bimbingan dan penyeluhan sebaik-baiknya.
- Situasi kepemimpinan yang saling pengertian dan tanggung jawab baik pada guru, maupun pada siswa.
- Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat (Sunarto dan Hartono, 2008:240).
Guru merupakan figur pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap penyesuaian peserta didik, maka dari itu seorang guru harus memiliki sifat-sifat yang efektif, yaitu sebagai berikut.
- Memberi kesempatan, antusias, dan berminat dalam aktivitas peserta didik di kelas.
- Ramah ( cheerful) dan optimis.
- Mampu mengontrol diri, tidak mudah terganggu, dan teratur tindakannya.
- Senang akan canda gurau dan mempunyai rasa humor.
- Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.
- Jujur dan objektif dalam memperlakukan peserta didik.
- Menunjukkan pengertian dan rasa simpati dalam bekerja dengan peserta didik (Ryans dalam Sunarto dan Hartono, 2008:241).
ISU SENTRAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN INDIVIDU TERHADAP PENDIDIKAN
Pertumbuhan dan perkembangan individu terhadap pendidikan sangat berkaitan dengan berbagai sisi kehidupan yang digeluti oleh setiap individu. Masalah pertumbuhan dan perkembangan setiap individu juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor sisoal. Faktor ekonomi mempengaruhi sisi ketercukupan gizi setiap individu yang tentunya akan berpengaruh pada pertumbuhan. Begitu juga, faktor sosial akan mempengaruhi sisi perkembangan mental setiap individu.
Perlakuan sosial yang baik dalam hidup akan menjadikan perkembangan mental yang baik pula. Ketercukupan gizi yang sehat akan membuat pertumbuhan yang sehat dan perkembangan mental yang baik pula. Kedua faktor tersebut sangat berdampak pada pendidikan individu nantinya karena pertumbuhan dan perkembangan memberi implikasi yang sangat signifikan terhadap pendidikan.
Untuk melihat isu yang sedang marak saat ini, kami mencoba mengangkat fenomena anak jalanan. Hal ini merupakan fenomena yang terjadi di Negara Indonesia. Kemiskinan menjadikan anak-anak menjadi anak jalanan dan pengangguran menjadikan angka kemiskinan meningkat. Sejak krisis tahun 1998, kegiatan anak jalanan di Indonesia semakin meningkat, mulai di alun-alun, bioskop, jalan raya, simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mall. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga membuat jiwa mereka gersang. Oleh karena itu, tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa anak jalanan senantiasa berada dalam situasi yang mengancam perkembangan fisik, mental, dan sosial bahkan nyawa mereka.
Keadaan kota merupakan salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya anak jalanan. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih saying, dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa. Faktor pendidikan menjadi perhatian kita bersama karena masa anak-anak itu adalah masa yang paling vital dalam dunia pendidikan.
Kegiatan Anak Jalanan Menurut M. Ishaq (2000), ada tiga ketegori kegiatan anak jalanan, yakni : (1) mencari kepuasan; (2) mengais nafkah; dan (3) tindakan asusila. Kegiatan anak jalanan itu erat kaitannya dengan tempat mereka mangkal sehari-hari, yakni di alun-alun, bioskop, jalan raya, simpang jalan, stasiun kereta api, terminal, pasar, pertokoan, dan mall.
Terkait hal yang disebutkan di atas, maka perlu adanya kampanye perlindungan terhadap anak jalanan sebagai bentuk sosialisasi dan alangkah baiknya bila dilakukan secara terus menerus setidaknya untuk mendorong pihak-pihak di luar anak jalanan agar menghentikan aksi-aksi kekerasan terhadap anak jalanan. Sebenarnya anak jalanan tidak berbeda dengan anak yang lainnya, mereka juga mempunyai potensi dan bakat. Pada masa anak-anak seperti itu otak yang memuat 100-200 milyar sel otak siap dikembangkan serta diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi. Pada perkembangan otak manusia mencapai kapasitas 50 % pada masa anak usia dini.
Pasal 9 ayat (1) UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menyebutkan; “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka. Pendidikan tidak sekedar pendidikan, artinya pendidikan semestinya dilandasi oleh cinta dan kasih sayang. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan membentuk karakter anak menjadi anak yang baik. Khusus untuk anak jalanan pendidikan luar sekolah yang sesuai adalah dengan melakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah rumah singgah.
Menurut Ishaq (2000), khusus untuk anak jalanan, pendidikan luar sekolah yang sesuai adalah dengan melakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah "rumah singgah" dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), yaitu: anak jalanan dilayani di rumah singgah, sedangkan anak rentan ke jalan dan orang dewasa dilayani dalam wadah PKBM. Rumah singgah dan PKBM itu dipadukan dengan-sekaligus menerapkan-pendekatan kelompok dan CBE (Community Based Education, pendidikan berbasis masyarakat) serta strategi pembelajaran partisipatif dan kolaboratif (participative and collaborative learning strategy). Program pendidikan yang terselenggara itu, antara lain, dapat berupa : Kejar Usaha; Kejar Paket A (setara SD); Kejar Paket B (setara SLTP); bimbingan belajar; Diktagama (pendidikan watak dan dialog keagamaan); Latorma (pelatihan olahraga dan bermain); Sinata (sinauwisata); Lasentif (pelatihan seni dan kreativitas); Kelompok Bermain; Kampanye KHA (Konvensi Hak Anak-anak); FBR (forum berbagi rasa); dan pelatihan Taruna Mandiri.
Untuk materi pembelajaran, menurut Ishaq (2000:371), Materi pembelajarannya mencakup: agama dan kewarganegaraan; calistung (membaca-menulis-berhitung); hidup bermasyarakat; serta kreativitas dan wirausaha. Prestasi belajar dan keberhasilan program dievaluasi dengan tahapan self-evaluation berikut :(1) penetapan tujuan belajar; (2) perumusan kriteria keberhasilan belajar; (3) pemantauan kegiatan belajar; serta (4) penetapan prestasi belajar dan keberhasilan program. Hasil evaluasi itu diungkapkan pada akhir masing-masing kegiatan melalui laporan lisan atau tertulis. Hasil evaluasi kegiatan belajar insidental dilaporkan secara lisan atau ditempel pada papan pengumuman yang terdapat di rumah singgah atau PKBM, sedangkan hasil evaluasi kegiatan belajar berkesinambungan dilaporkan melalui buku raport. Adapun keberhasilan program diungkapkan secara berkala : harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia, perhatian sebagian warga masyarakat terhadap kehidupan anak-anak makin meningkat. Ini juga dampak dari kiat-kiat yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) adalah Lembaga Independen yang kedudukannya setingkat dengan Komisi Negara yang dibentuk berdasarkan amanat Keppres 77/2003 dan pasal 74 UU No. 23 Tahun 2002 dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak di Indonesia. Lembaga ini bersifat independen, tidak boleh dipengaruhi oleh siapa dan darimana serta kepentingan apapun, kecuali satu yaitu “Demi Kepentingan Terbaik bagi Anak” seperti diamanatkan oleh CRC (KHA) 1989.
Konvensi hak anak-anak yang dicetuskan oleh PBB (Convention on the Rights of the Child), sebagaimana telah diratifikasi dengan Keppres nomor 36 tahun 1990, menyatakan, bahwa karena belum matangnya fisik dan mental anak-anak, maka mereka memerlukan perhatian dan perlindungan. Perlindungan itu diberikan oleh masyarakat yang berdaya. Masyarakat yang berdaya adalah mereka yang memperoleh pemahaman dan mampu mengawasi daya-daya sosial, ekonomi, dan politik sehingga harkat dan martabatnya meningkat. Lebih jauh, Kindervatter (1979:13) mendefinisikan pemberdayaan atau empowering sebagai "people gaining an understanding of and control over social, economic, and/or political forces in order to improve their standing in society".
Pendidikan utama adalah keluarga. Di sini dituntut kesepahaman dalam mendidik antara ayah dan ibu. Keluarga yang ideal dan kondusif bagi tumbuh-kembangnya anak, sangat didambakan pula oleh anak-anak jalanan. Pendirian rumah singgah serta lembaga Komisi Perlindungan aanak Indoonesia merupakan solusi terhadap kebutuhan pendidikan serta kehidupan yang layak bagi anak jananan. Pemerintah Indonesia juga sudah memberikan penghargaan beberapa tokoh perlindungan anak. Penghargaan ini diserahkan oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo dan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah yang diserahkan secara bergantian, simbol penghargaan tersebut pada acara puncak peringatan Hari Anak Nasional di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Kamis (23/7). Penerima penghargaan antara lain tokoh nasional perlindungan anak Seto Mulyadi, aparat hukum peduli anak AKP B. Sembiring, pencipta lagu anak AT Mahmud, serta pengelola Lembaga Perlindungan Anak di Lampung, Budiono. "Terima kasih kepada para pimpinan lembaga masyarakat, yayasan, pejuang, sukarelawan, dan dermawan yang telah merawat, mengasuh, mendidik dan melindungi anak-anak kita," kata Meutia pada acara yang dihadiri ratusan anak dari berbagai daerah itu.
Kalau kita lihat sungguh luar biasa perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh para dermawan, sukarelawan, lemabga masyarakat, yayasan, dan pejuang tersebut. Secara kasat mata mereka telah mengamalkan hadis nabi yang artinya “Tidaklah beriman kepadaku, orang yang bermalam dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangganya berada di sampingnya kelaparan dan ia mengetahui hal itu” (Hadis riwayat Bukhari dan Thabrani). Semua yang mereka lakukan adalah bukti amalan iman dan kecintaannya kepada sesama makhluk hidup.
Dalam hadis yang lain Rasulullah menyebutkan “Orang-orang yang mengasihi itu akan dikasihi oleh Yang Maha Pengasih. Maka kasihilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kamu akan dikasihi oleh mereka yang ada di langit”(HR. Abu Dawud dan At-Tarmizi)” dalam (Ulwan, 2002).
“Didiklah anak-anakmu dengan pendidikan yang baik” (HR. Ibnu Majah) mendidik dengan baik tentunya butuh lingkungan yang baik. Lingkungan yang baik pertama yang harus didapat oleh setiap individu adalah keluarga. Keluarga adalah tempat pendidikan pertama. Selain keluarga, lingkungan masyarakat atau pergaulan, dan sekolah merupakan tempat yang akan mendidik setiap individu dan setiap lingkungan tersebut akan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu baik secara mental, jasmani, dan rohaninya. Untuk itu, pilihlah lingkungan yang baik.
Sumber : http://pgsd-pgsd.blogspot.co.id/2014/11/hukum-atau-prinsip-perkembangan.html
Langganan:
Postingan (Atom)